Minggu, 20 Desember 2020

MAKALAH PERAN PERAMALAN PENJUALAN DALAM PERENCANAAN STRATEGI

Posted by Ida Rusmita on 21.42 with No comments

 

MAKALAH TEKNIK PROYEKSI BISNIS

“PERAN PERAMALAN PENJUALAN DALAM PERENCANAAN STRATEGIS”

 

Disusun oleh:

Ida Rusmita (C1B018134)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Musnaini, S.E., M.M.

 

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2020

 


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya Kami bisa menyelesaikan tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Teknik Proyeksi Bisnis berjudul  Peran Peramalan Penjualan Dalam Perencanaan Strategis. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Teknik Proyeksi Bisnis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jambi, 20 Desember 2020

 

Penulis

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2

  1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3

  1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4

  2.1 Peran Peramalan Dalam Perencanaan Strategis ...............................................................4

  2.2 Pengertian Perencanaan Strategis......................................................................................4

  2.3 Variabel Dalam Peramalan................................................................................................5

  2.4 Jenis Data Dalam Peramalan.............................................................................................6

  2.5 Jenis Skala Pengukuran.....................................................................................................6

  2.6 Cara Pemilihan Skala Pengukuran....................................................................................11

  2.7 Teknik Skala Pengukuran..................................................................................................12

  2.8 Analisa Korelasi Dalam Teknik Proyeksi Bisnis...............................................................15

   2.9 Kegunaan Data Bagi Manajemen......................................................................................16

BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA         

           


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Banyak eksekutif telah membandingkan perkiraan penjualan untuk prediksi dari peramal dari zaman kuno. Ajaib, tampaknya, perkiraan penjualan periode yang akan datang mengalir keluar dari kantor pusat perusahaan. Dalam kebanyakan kasus, bagaimanapun, pandangan ini peramalan penjualan terlalu penting. Sebuah perkiraan perkiraan penjualan perusahaan untuk jangka waktu tertentu di masa depan adalah aspek manajemen penjualan. Perkiraan ini adalah hasil dari upaya sungguh-sungguh yang tidak lebih mistis daripada jenis lain dari perencanaan organisasi.

Dalam makalah ini ditunjukkan, peramalan penjualan merupakan bagian integral dari sistem informasi pasar. Hasil peramalan lingkungan bisnis dimana perusahaan beroperasi pada umumnya mempunyai implikasi pada peramalan penjualan. Dan hampir semua bagian perusahaan membutuhkan hasil ramalan penjualan. Karena itu peramalan penjualan paling strategis dalam sebuah perusahaan.

 

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran peramalan dalam perencanaan strategis ?

2. Apa pengertian perencanaan strategis ?

3. Apa variabel dalam peramalan ?

4. Apa saja jenis data dalam peramalan ?

5. Apa saja skala pengukuran ?

6. Bagaimana cara pemilihan skala pengukuran ?

7. Bagaimana teknik skala pengukuran ?

8. Bagaimana analisa korelasi dalam tekhnik proyeksi bisnis ?

9. Bagaimana kegunaan data bagi manajemen

 

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Peran Peramalan Dalam Perencanaan Strategis

Peramalan pada umumnya dipergunakan untuk memprediksi sesuatu yang kemungkinan besar akan terjadi (misalnya kondisi permintaan, penjualan, arus kas, kondisi ekonomi, dll) didasarkan pada sejumlah asumsi. Sedangkan perencanaan menggunakan ramalan-ramalan yang ada untuk menetapkan target, termasuk didalamnya penetapan strategi untuk mencapai target itu.

Dengan demikian, peramalan berusaha menggambarkan apa yang akan terjadi, sementara rencana didasarkan pada gagasan bahwa dengan mengambil tindakan tertentu pada saat ini, pengambil keputusan dapat mempengaruhi hasil akhir seperti diharapkan.

 

2.2 Pengertian Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis perusahaan adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana perusahaan akan diarahkan, dan bagaimana sumberdaya dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan.

Perencanaan Strategic (Strategic Plans) juga merupakan suatu proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan, program-program strategi yang diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut.

Ada 3 ( tiga ) alasan yang menunjukkan pentingnya Perencanaan Strategis :

1.      Perencanaan strategic memberikan kerangka dasar dalam mana semua bentukbentuk perencanaan lainnya yang harus di ambil.

2.      Pemahaman terhadap perencanaan strategic akan mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencaaan lainnya.

3.      Pemahaman terhadap perencanaan strategic akan mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencaaan lainnya.

 

Dengan adanya perencanaan strategis ini maka konsepsi perusahaan menjadi jelas sehingga akan memudahkan dalam memformulasikan sasaran serta rencana-rencana lain dan dapat mengarahkan sumber-sumber organisasi secara efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan strategi dapat menentukan keberhasilan organisasi atau perusahaan, hal ini disebabkan karena:

1.    Perencanaan strategi merupakan tipe perencanaan yang terpenting

2.    Melakukan perencanaan strategi berarti menetapkan misi organisasi secara jelas

3.    Perencanaan strategi memungkinkan manajer mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terjadinya perubahan pada lingkungan organisasinya

 

Forecast penjualan memengaruhi, bahkan menentukan keputusan dan kebijaksanaan yang diambil, misalnya: 

1.    Kebijaksanaan dalam perencanaan produksi

2.    Kebijaksanaan persediaan barang jadi  Kebijaksanaan penggunaan mesin-mesin 

3.    Kebijaksanaan tentang investasi dalam aktiva tetap 

4.    Rencana pembelian bahan mentah dan bahan pembantu

5.    Rencana aliran kas

 

2.3 Variabel Dalam Peramalan

Variabel berasal dari kata “vary” dan “able” yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi, secara harfiah variabel berarti dapat berubah, sehingga setiap variabel dapat diberi nilai dan nilai itu berubah-ubah. Nilai tersebut bisa kuntitatif (terukur dan atau terhitung, dapat dinyatakan dengan angka) juga bisa kualitatif (jumlah dan derajat atributnya yang dinyatakan dengan nilai mutu).

 

Macam-macam Variabel :

1. Variabel Kuantitatif.

a. Variabel diskrit ( nominal,kategorik) yaitu variabael 2 kutub berlawanan. Contoh: 
     1) Kehadiran : hadir, tidak hadir

2) Jenis kelamin : laki-laki, perempuan.

b. Variabel kontinum

1)   Variabel Ordinal : variabel tingkatan. Contoh: Satria terpandai, Raka pandai, Yudit  tidak pandai.

2)   Variabel Interval: variabel jarak. Contoh: jarak rumah Anto kesekolah 10km, sedangkan Yuli 5 km maka vr intervalnya adalah 5 km.

3)   Variabel Ratio: variabel perbandingan (sekian kali). Contoh: berat badan Heri 80 kg, sedangkan berat badan Upi 40 kg, maka berat badan Heri 2 kali lipat Upi.

 

2. Variabel Kualitatif adalah variabel yang menunjukkan suatu intensitas yang sulit diukur dengan angka. Contoh : kedisiplinan, kemakmuran dan kepandaian.

 

3. Variabel Independen (Pengaruh, Bebas, Stimulus, Prediktor).

            Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

 

4.    Variabel Dependen (Dipengaruhi, Terikat, Output, Kriteria, Konsekuen).

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas.
Contoh: Pengaruh Iklan Terhadap Motivasi Pembelian. Iklan = Variabel Independen Motivasi   Pembelian = Variabel Dependen.

 

5. Variabel Moderator.

Merupakan variabel yang mepengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini sering disebut sebagai variabel independen kedua. Contoh: Anak adalah variabel yang memperkuat hubungan suami isteri. Pihak ketiga adalah variabel yang memperlemah hubungan suami isteri.

 

6. Variabel Intervening (Antara).

Merupakan variabel yang menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan namun tidak dapat diamati atau diukur. Contoh: Hubungan antara Kualitas Pelayanan (Independent) dengan Kepuasan Konsumen (Intervening) dan Loyalitas (Dependen).

 

7. Variabel Kontrol.

            Merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
Contoh: Apakah ada perbedaan antara tenaga penjual (sales force) yang lulus D3 dan S1 maka harus ditetapkan variable control berupa gaji yang sama, peralatan yang sama, iklim kerja yang sama, dan lain-lain. Tanpa adanya variabel kontrol maka sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan karyawan karena faktor pendidikan.

 

 

2.4 Jenis Data Dalam Peramalan

Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan, dapat berupa angka, lambang atau sifat. Menurut Webster New World Dictionary, pengertian data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Data bisa juga didefinisikan sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (obsevasi) suatu objek.

Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan.

Jenis-jenis data dapat dibagi berdasarkan sifatnya, sumbernya, cara memperolehnya, dan waktu pengumpulannya.

1.    Menurut sifatnya, jenis-jenis data yaitu:

a.       Data Kualitatif: data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka, misalnya: Kuesioner Pertanyaan tentang suasana kerja, kualitas pelayanan sebuah rumah sakit atau gaya kepemimpinan, dll.

b.      Data Kuantitatif: data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, misalnya: harga saham, besarnya pendapatan, dll.

 

2.        Jenis-jenis data menurut sumbernya, antara lain:

a.       Data Internal: data intenal adalah data dari dalam suatu organisasi yang menggambarkan keadaan organisasi tersebut. Contohnya: suatu perusahaan, jumlah karyawannya, jumlah modalnya, atau jumlah produksinya, dll.

b.      Data Eksternal: data eksternal adalah data dari luar suatu organisasi yang dapat menggambarkan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja suatu organisasi. Misalnya: daya beli masyarakat mempengaruhi hasil penjualan suatu perusahaan.

3.    Jenis-jenis data menurut cara memperolehnya, antara lain:

a.       Data Primer (primary data): data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interview, observasi.

b.      Data Sekunder (secondary data): data sekunder adalah data yang diperoleh/ dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.

4.        Jenis-jenis data menurut waktu pengumpulannya, antara lain:

a.       Data cross section, yaitu data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu (at a point of time) untuk menggambarkan keadaan dan kegiatan pada waktu tersebut. Misalnya; data penelitian yang menggunakan kuesioner.

b.      Data berkala (time series data), yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk melihat perkembangan suatu kejadian/kegiatan selama periode tersebut. Misalnya, perkembangan uang beredar, harga 9 macam bahan pokok penduduk.

 

5.        Jenis Skala Pengukuran

Seorang peneliti menggunakan beberapa bentuk skala dalam melakukan proses pengukuran. Setiap skala tersebut didasarkan sekumpulan asumsi (aturan-aturan) mengenai hubungan antara skala tersebut dengan observasi nyatanya. Konseptualisasi skala tersebut didasarkan pada tiga karakteristik sebagai berikut:

a.       Urutan bilangan, yaitu sebuah bilangan lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan bilangan lain,

b.      Urutan perbedaan antara bilangan, yaitu perbedaan antara sepasang bilangan bisa lebih besar, lebih kecil atau sama besar dengan perbedaan sepasang bilangan lainnya,

c.       Titik awal yang unik yang menunjukkan bilangan 0.

 

Kombinasi ketiga karakteristik tersebut yang mencakup urutan, perbedaan, dan titik awal, membentuk 4 klasifikasi skala pengukuran sebagai berikut:

 Skala nominal

banyak digunakan dalam penelitian di bidang sosial dan bisnis. Jika kita menggunakan skala nominal, kita memisahkan sekelompk objek ke dalam sub kelompok atau kategori yang bersifat mutually exclusive dan collectively exhaustive. Mutually exclusive berarti tidak ada objek yang bisa masuk ke lebih dari sub kelompok atau kategori sedangkan collectively exhaustive berarti tidak ada objek yang tidak termasuk kategori. Kedua sifat ini bisa dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:

 

Skala nominal A

Skala Nominal B

Skala Nominal C

Skala Nominal D

Hobi

klasifikasi sarjana

pendidikan tertinggi

golongan darah

Olah raga

Sarjana Hukum

Setuju

Darah A

Membaca

Sarjana Ekonomi

Tidak setuju

Darah B

Nonton

Sarjana Psikologi


Darah AB

Rekreasi

Sarjana Pertanian


Darah O

Menghayal

Lain-lain



Contoh skala nominal diatas dapat dibagi menjadi 4 kelompok bedasarkan sifat mutually exclusive dan collectively exhaustive, yaitu:

Skala nominal A tidak bersifat mutually exclusive karena ada orang yang hobinya lebih dari dua serta tidak bersifat collectively exhaustive karena mungkin ada orang yang mempunyai hobi diluar kelima hobi diatas

 

Skala nominal B tidak bersifat mutually exclusive karena ada sarjana yang memperoleh gelar di dua bidang yang berbeda tetapi bersifat collectively exhaustive karena seluruh sarjana bisa dimasukkan ke dalam kategori diatas, terutama dengan adanya kategori lain-lain

 

Skala nominal C bersifat mutually exclusive tetapi tidak collectively exhaustive karena orang bisa bersikap ragu-ragu atau abstain yang tidak tidak bisa dimasukkan ke dua kategori diatas

 

Skala nominal D bersifat mutually exclusive dan collectively exhaustive

Skala Ordinal

Skala pengukuran ordinal mempunyai sifat sebagai berikut:

a. Menggunakan bilangan atau tanda yang berfungsi sebagai simbol yang bisa membedakan. Sifat ini sama dengan sifat skala pengukuran nominal

Skala ordinal menunjukkan urutan atau peringkat. Beberapa contoh skala ordinal dapat dilihat pada Tabel berikut:

 

NO

VARIABEL

KLASIFIKASI

SKALA

1.

Tingkat manajemen

Manajemen puncak

1

 

 

Manajemen Menengah

2

 

 

Manajemen Bawah

3

2.

Tingkat Motivasi

Sangat tinggi

1

 

 

Tinggi

2

 

 

Cukup

3

 

 

Rendah

4

 

 

Sangat rendah

5

3.

Sikap

Sangat setuju

1

 

 

Setuju

2

 

 

Ragu-ragu

3

 

 

Tidak setuju

4

 

 

Sangat tidak setuju

5

4.

Tingkat pendidikan

SD

1

 

 

SMP

2

 

 

SMU

3

 

 

Diploma

4

 

 

Sarjana

5

 

 

S2

6

 

 

S3

7

 

Skala Interval

Skala interval mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1.      Menunjukkan lambang atau symbol

2.      Menunjukkan peringkat atau urutan

3.      Jarak atau interval yang tetap

4.      Titik awal (titik nol) bersifat relatif (tidak mutlak)

Contoh skala interval adalah suhu yang diukur dengan termometer. Jarak 5oC dengan 10oC sama dengan jarak 20oC dengan 25oC atau mempunyai sifat interval yang tetap. 0o C bukan menunjukkan bahwa benda yang diukur tidak mempunyai suhu sehingga titik 0 tersebut bukan merupakan titik mutlak.

 

Skala Rasio

Tingkat pengukuran yang tertinggi adalah skala rasio. Skala rasio ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1.    Sebagai lambang atau simbol yang bisa membedakan

2.    Menunjukkan peringkat atau urutan

3.    Jarak atau interval yang sama

4.    Mempunyai titik nol yang mutlak

Contohnya adalah gaji karyawan, tinggi atau berat badan, dan panjang sutau benda

 

6. Cara Pemilihan Skala Pengukuran

Proses pengukuran mengggunakan suatu alat ukur. Alat ukur tersebut harus menghasilkan ukuran yang sesuai dengan karakteristik obyek sesungguhnya. Misalnya, jika kita akan mengukur tinggi badan maka alat ukur yang digunakan (katakanlah meteran) harus bisa mengukur secara tepat sesuai dengan tinggi orang yang diukur tinggi badannya. Di bidang ilmu alam, proses pengukuran tersebut relatif lebih pasti dan objektif dibandingkan di bidang ilmu sosial. Hal ini disebabkan alat ukurnya bersifat standar dan obyek pengamatannya bersifat nyata. Sebagai contoh, tekanan udara diukur dengan barometer, kecepatan dengan spedometer, tingkat keasamaan dengan PH-meter, dan sebagainya. Sedangkan pengukuran dalam ilmu sosial relatif sulit karena alat ukur yang akan digunakan sebagian besar harus dirancang oleh peneliti serta obyek pengukurannyapun relatif abstrak. Misalnya kita akan mengukur motivasi karyawan, bagaimana kita bisa mengukur bahwa seorang karyawan mempunyai motivasi tinggi atau rendah? Demikian juga pada saat mengukur sikap kepemimpinan, tingkat inovasi, adopsi teknologi, dan sebagainya.

 

Kesulitan-kesulitan pengukuran dalam ilmu sosial tersebut bisa menimbulkan perbedaan- perbedaan hasil pengukuran untuk setiap peneliti yang merancang sendiri alat ukur, atau disebut juga instrumen penelitian. Sangat mungkin terjadi perbedaan hasil pengukuran suatu obyek yang sama oleh peneliti yang berbeda karena tergantung pada alat


ukur yang digunakan masing -masing. Sumber-sumber yang bisa menimbulkan perbedaan tersebut adalah faktor satuan pengamatan (misalnya responden yang asal -asalan atau tidak jujur mengisi kuisoner), faktor situasional (misalnya tekanan dari orang lain atau enggan diwawancara secara langsung); faktor pihak pengukur (misalnya si pewawancara tidak komunikatif atau terlalu bertele-tele), serta faktor instrumen penelitian alau alat ukur (misalnya redaksi membingungkan atau bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda).

 

Perbedaan- perbedaan hasil pengukuran menunjukkan bahwa alat ukur tersebut ada yang baik dan ada yang buruk. Bagaimana kita bisa mengevaluasi baik tidaknya alat ukur tersebut? Secara umum terdapat tiga karakteristik yang digunakan untuk menilai baik-tidaknya proses pengukuran, yaitu validitas (validity), reliabilitas (reliability), dan kepraktisan (practicality).

·         Validitas

Validitas secara umum adalah mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Emory dan Cooper (1991) validitas pengukuran dalam ilmu sosial dikelompokkan dalam dalam 2 bentuk, yaitu validitas eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal menunjukkan kemampuan pengukuran untuk diterapkan secara umum pada berbagai obyek, tempat, dan waktu pengukuran. Sedangkan validitas eksternal berkaitan dengan kemampuan instrumen penelitian untuk mengukur apa yang ingin kita ukur.

·         Reliabilitas

Reliabiltas menunjukkan konsistensi pengukuran yang dilakukan yang meliputi stabilitas (stability), ekivalen (equivalence), dan konsistensi internal (internal consistency). Reliabilitas ini sangat erat kaitannya dengan ketepatan dan ketelitian pengukuran. Pengukuran dikatakan stabil jika pengukuran pada sebuah obyek dilakukan berulang-ulang pada waktu yang berbeda, menunjukkan hasil yang sama; dikatakan ekivalen jika pengukuran menunjukkan hasil pengukuran yang sama jika dilakukan peneliti lain atau memakai contoh item lain; serta dikatakan konsisten internal jika item-item atau indikator yang digunakan adalah konsisten satu sama lain.

·         Kepraktisan

Persyaratan ketiga adalah pengukuran harus bisa diterapkan secara praktis atau mudah dilaksanakan di lapangan. Kepraktisan bisa ditinjau dari sudut ekonomi (biaya dan waktu) kemudahan administrasi atau pengelolaannya, serta hasil yang mudah diinterpresikan oleh pihak lain.

 

Teknik Pengukuran Skala

Likert’s Summated Rating (LSR)

LSR adalah metode pengukuran sikap (attitude) yang banyak digunakan dalam penelitian sosial karena kesederhanaannya. LSR sangat bermanfaat untuk membandingkan skor sikap seseorang dengan distribusi skala dari sekelompok orang lainnya, serta untuk melihat perkembangan atau perubahan sikap sebelum dan sesudah ekperimen atau kegiatan. Tahap-tahap perancangan LSR adalah sebagai berikut:

Tentukan secara tegas sikap terhadap topik apa yang akan diukur. Contohnya, sikap para karyawan terhadap sistem pelatihan, sikap para pengusaha kecil terhadap realisasi pemberian kredit usaha, sikap mahasiswa terhadap liberalisasi perdagangan, dan sebagainya

 

Tentukan secara tegas Dimensi yang menyusun sikap tersebut. Dimensi tersebut pada dasarnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yang menurut Likert terdiri dari dimensi kognitif (tahu atau tidak tahu), afektif (perasaan terhadap sesuatu), dan konatif (kecenderungan untuk bertingkat laku). Contoh lain, dimensi tingkat sosial ekonomi meliputi kekayaan, pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan

 

Susun pernyataan-pernyataan atau item yang merupakan alat pengukur dimensi yang menyusun sikap yang akan diukur sesuai dengan indikator. Banyaknya indiktor biasanya antara 30-40 item untuk sebuah sikap tertentu. Item-item yang disusun tersebut harus terdiri dari item positif dan item negatif. Item positif adalah pernyataan yang memberikan isyarat mendukung/menyokong topik yang sedang diukur, sedangkan item negatif sebaliknya, yaitu melawan topik. Item positif dan item negatif harus ditempatkan secara acak.

 

 

Setiap item diberi pilihan respon yang bersifat tertutup (closed questionare). Banyaknya pilihan respon biasanya 3, 5, 7, 9, dan 11. Dalam prakteknya, jumlah pilihan respon yang paling banyak dipakai adalah 5. Alasannya adalah jika respon terlalu sedikit maka hasilnya terlalu kasar tetapi jika terlalu banyak maka responden sulit membedakannya. Kelima pilihan respon tersebut adalah:

 

Sangat tidak setuju  Tidak setuju        Tidak ada pendapat    Setuju  Sangat setuju

 

Untuk setiap pilihan respon, jawaban diberikan skor dengan kriteria apabila item positif maka angka terbesar diletakkan pada sangat setuju sedangkan jika item negatif maka angka terbesar diletakkan pada sangat tidak setuju. Skor yang diberikan pada jawaban untuk setiap item kemudian dijumlahkan.

 

Semantic Differential

SD dikembangkan oleh Charles E. Osgood, G.J. Suci dan P.H. Tannenbaum. Teknik ini didasarkan pada anggapan bahwa sebuah obyek memiliki sejumlah dimensi pengertian konotatif yang bisa ditempatkan pada rentang ciri multidimesi, yang disebut semmantic space. SD banyak digunakan dalam mengevaluasi kesan merek atau penelitan pemasaran lainnya, masalah politik dan kepribadian, serta sikap organisasi. Metoda ini terdiri dari sekumpulan skala peringkat dua kutub yang biasanya sebanyak 7 skala. Langkah-langkah perancangan selengkapnya adalah sebagai berikut:

 

Tentukan secara tegas sikap terhadap topik yang akan diukur, misal sikap konsumen terhadap produk baru yang akan dipasarkan

Susun item-item yang bentuknya lebih sederhana daripada LSR. Setiap item terdiri atas dua kutub yang berlawanan

Setiap responden harus menentukan posisi jawabannya

 

Jawaban responden kemudian diberi skor dan semua skor dijumlahkan

 

Tentukan secara statistik skor terbesar, terkecil, rata-rata skor, median, dan kuartil Dibandingkan denga likert summated rating, penilaian terhadap skor pada metode ini bisa lebih mendalam sebab skornya dianggap mempunyai tingkat pengukuran interval. Jadi bisa dihitung rata-rata dan simpangan baku dari hasil pengumpulan data dari para responden.

 

Metode Paired Comparison

Dengan teknik ini, responden menyatakan persepsi atau sikapnya dengan mengambil pilihan di antara dua obyek. Kegunaan teknik ini adalah mengukur relative importance, yaitu semacam pembobotan untuk menggambarkan kepentingan relatif beberapa obyek. Contoh kasusnya adalah sebagai berikut:

 

a. Seorang peneliti ingin mengetahui tanggapan konsumen terhadap 5 produk soft dink, yaitu coca cola, coke, fanta, sprite, dan seven up. Bagaimana relative importance diantara ke lima produk tersebut berdasarkan pendapat para konsumen

 

b. Seorang peneliti ingin mengukur tingkat sosial ekonomi masyarakat atau seseorang. Misalkan saja bahwa tingkat sosial ekonomi tersebut ditentukan oleh 5 dimensi, yaitu


Pendidikan, pendapatan, jenis pekerjaan, jenis kelamin, dan jumlah keluarga. Bagaimana relative importance diantara kelima dimensi tersebut, bisa diukur dengan mengumpulkan pendapat dari para responden.

 

8. Analisa Korelasi Dalam Teknik Proyeksi Bisnis

Korelasi merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan ada tidaknya hubungan suatu hal dengan hal lain. Secara sederhana memang seperti itulah pengertian korelasi. Analisis korelasi adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel. Apabila terdapat hubungan maka perubahan-perubahan yang terjadi pada salah satu variabel X akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel lainnya (Y). Istilah tersebut dikatakan istilah sebab akibat, dan istilah tersebut menjadi ciri khas dari analisis korelasi.

Korelasi digunakan untuk me gukur keeratan hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).


9.Kegunaan Data Bagi Manajemen

Data memiliki arti yang sangat penting bagi kelangsungan suatu perusahaan. Perusahaan membutuhkan penyusunan data baik agar dapat membantu para pengusaha maupun manajernya dalam mengambil sebuah keputusan. Data yang baik dapat disusun dalam sebuah database (basis data). Database memiliki arti penting dalam perusahaan agar dapat mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa data bisnis perusahaan. 

 Adapun kegunaan data yaitu :

Sebagai bahan/alat dalam pengambilan keputusan;

Menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;

Alternatif/metode untuk melaksanakan kegiatan;

Seberapa besar lingkup kegiatan;

Penentu SDM pelaksanaan kegiatan;

Berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan;

Kapan waktu yang tepat untuk memulai kegiatan;

Dapat memprediksi besaran anggaran yang dibutuhkan;

 

 

Menurut salah satu pasar pemasaran, data adalah bentukan paling sederhana dari informasi dan dari informasi inilah yang menjadi point penting dalam menentukan dan menjalankan strategi bisnis. Data bisa didapatkan dari mana saja, dan terkait dengan bisnis yang kita jalani, terutama adalah mengenai perusahaan itu sendiri, pesaing, pasar dan konsumen atau 4C (CostumerCompetitorCompany dan Change). 4 lingkup yang mutlak ini harus dimiliki sebuah perusahaan, selayaknya didukung dengan sistem yang kompeten dalam mengumpulkan data akurat, baik yang mengukur masa lalu, sekarang dan masa depan. Hal ini tentu saja untuk mengetahui seberapa jauh perusahaan/produk telah berjalan, bagaimana kondisi perusahaan/produk dibandingkan dengan pesaing, bagaimana produk di mata konsumen dan peluang apa yang bisa digarap produk di masa yang akan datang. Seluruh informasi tersebut adalah sebuah tambang emas bagi perusahaan.

Jadi mulai sekarang bekerjalah berdasarkan data karena dari sinilah semua informasi akan muncul yang kemudian menjadi fakta-fakta bisnis yang bisa kita manfaatkan untuk mengatur langkah strategis perusahaan ke depannya dan dari sinilah pula kita akan mampu menghadapi perubahan dan memprediksi masa depan bisnis perusahaan. Hal ini sepertinya terlihat sulit, padahal jika dilakukan sebagai rutinitas “strategis”, proses pencarian dan pengolahan data ini tidak terlalu sulit untuk dilakukan, kita hanya perlu tahu bagaimana cara memulainya, ketika sudah berjalan semua akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan tentunya.

Contohnya yaitu :

Untuk membuat keputusan atau memecahkan persoalan (menghilangkan faktor penyebabnya), misalnya karyawan yang loyo dan tidak bersemangat krn sudah lama tidak naik pangkat, diputuskan naik pangkat (persoalan sudah dipecahkan)

Perusahaan ingin mengetahui jumlah ketersediaan bahan baku yang ada, maka digunakanlah data yang ada.

 

 

 

 

BAB III

KESIMPULAN

 

Hasil peramalan lingkungan bisnis perusahaan mempunyai implikasi padaperamalan penjualan.  Dan hampir semua bagian perusahaan membutuhkan hasil ramalan penjualan.  Karena itu peramalan penjualan paling strategis dalam sebuah perusahaan.

 


DAFTAR PUSTAKA

http://adesuprianto98.blogspot.com/2015/04/teknik-proyeksi-bisnis.html

http://aulia_nugraha.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/65762/Peran+Peramalan.pptx

http://destidirnaemi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/60979/BAB+II+PERAN+PERAMALAN.pdf

https://statmat.id/pengertian-dan-kegunaan-data-dalam-statistika/

https://www.academia.edu/9040878/BAB_4_TEKNIK_PENGUKURAN_SKALA                    https://www.academia.edu/10024474/PENGERTIAN_STATISTIK_DATA_VARIABEL_DA N_SKALA_PENGUKURAN