Senin, 18 Mei 2020
MAKALAH MANAJEMEN STRATEGIK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEGIK
Posted by Ida Rusmita on 01.23 with No comments
TUGAS
MAKALAH
MANAJEMEN
STRATEGI DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEGIK
DOSEN
PEGAMPU:
DR. MUSNAINI, SE., MM
DISUSUN OLEH :
IDA RUSMITA
C1B0180134
DR. MUSNAINI, SE., MM
DISUSUN OLEH :
IDA RUSMITA
C1B0180134
R-008
MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya lah penulis telah dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Manajemen Strategik dan Pengambilan Keputusan
Strategik”
ini. Solawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW karena
dengan kerasulan beliaulah kita telah dibawa dari alam yang penuh dengan
kejahiliahan menuju alam yan penuhkeimanan seperti yang kita rasakan sekarang
ini.
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Strategik, makalah ini juga disusun untuk menambah pengetahuan kita tentang pengambilan keputusan. Dengan adanya makalah ini penulis berharap dapat membantu teman-teman dalam mata kuliah Manajemen Strategik.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. musnaini, SE., MM. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategik.
Penulis menyadari dalam penyajian makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dari pembaca agar dapat diperbaiki pada pembuatan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat sebagaimana yang diharapkan.
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Strategik, makalah ini juga disusun untuk menambah pengetahuan kita tentang pengambilan keputusan. Dengan adanya makalah ini penulis berharap dapat membantu teman-teman dalam mata kuliah Manajemen Strategik.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. musnaini, SE., MM. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategik.
Penulis menyadari dalam penyajian makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dari pembaca agar dapat diperbaiki pada pembuatan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat sebagaimana yang diharapkan.
Jambi, 7
September 2019
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................ 3
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................................... 4
1.
Latar Belakang ........................................................................................................ 4
2.
Rumusan Masalah.................................................................................................... 5
3.
Tujuan Penulisan...................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 6
1.
Manajemen strategi................................................................................................. 6
2. Pengambilan keputusan.......................................................................................... 9
BAB III
PENUTUP................................................................................................... 17
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Manajemen strategis adalah seni
dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan
lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapat sasarannya.
Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan
kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan
sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan
organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari
berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen strategis berbicara
tentang gambaran besar. Inti dari manajemen strategis adalah mengidentifikasi
tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut
dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi tujuan strategis.
Manajemen strategis di saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman
untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Ini adalah proses yang
berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana strategis organisasi merupakan
dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi. Bahkan mungkin
sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang terus harus
dimodifikasi. Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia, dia harus
digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi.
Pengambilan
Keputusan,dalam kehidupan sehari-hari kita sebenarnya adalah kehidupan yang selalu
bergumul dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang
diperoleh setelah mengevaluasi berbagai alternatif. Di dalam arti tersebut,
terkandung unsur situasi dasar, peluang munculnya situasi dasar, dan aktifitas
pencapaian keputusan. Lantas pertanyaannya, apakah setelah evaluasi alternatif
serta merta begitu saja hadir keputusan? Iya, secara rasional kesimpulan
tersirat dalam premis-premis sehingga hanya kepentingan perumusan saja.
Walaupun berbagai literatur yang memandang keputusan sebagai proses menampilkan
tersurat kata keputusan di dalam modelnya.
Untuk
memahami lebih jauh lagi mengenai pengambilan keputusanm itu,bagaiamana
model-model pengambilan keputusan,kriteria pengambilan keputusan maka akan dijelaskan
lebih jauh dalam makalah ini.
2. RUMUSAN MASALAH
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa
masalah tersebut antaralain :
1. Apa pengertian manajeman strategi dan
pengambil keputusan
2. Bagaimana proses manajeman strategi dan
pengambil keputusan
3. Bagaimana cara untuk mengetahui tingkatan
strategi
3. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam
penulisan makalah ini sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui apa itu manajeman
strategis dan pengambilan keputusan
2. Untuk mengetahui proses manajeman
strategis dan pengambilan keputusan
3. Untuk mengetahui peran sekelompok
masyarakat untuk pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
MANAJEMEN STRATEGI
A. PERENCANAAN
STRATEGIS
a. Pengertian perencanaan
strategis • perencanaan strategis ( strategic planning ) adalah sebuah alat
manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan
proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah
petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka
bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke depan ( kerzner , 2001 )
b. Untuk mencapai sebuah
strategy yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam rangka mempunyai
keunggulan kompetitif, maka para pimpinan perusahaan, manajer operasi, haruslah
bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan strategis /
strategic planning ( brown , 2005 ).
Langkah-langkah proses perencanaan
strategis
a. Meninjau dan
memperbaharui rencana strategis • peninjauan dan pembaharuan rencana strategis
tahun terakhir digunakanuntuk menentukan apakah rencana strategis masih cocok
dengan lingkunganyang bersifat dinamis ataukah perlu diganti dengan yang baru.
Jika perlu diganti dengan rencana strategis yang baru maka implikasinya
terhadap pendapatan, biaya, laba dan investasi serta aliran kas perlu
diperhatikan.
b. Memutuskan asumsi dan
pedomankegiatan ini berupa pertemuan antara para manajer korporasi dan unit
bisnis untuk mendiskusikan usulan tujuan, asumsi dan pedoman kebijakanyang akan
digunakan untuk menyusun program baru.
c. Interasi pertama dari
rencana strategis • didasarkan pada asumsi, tujuan dan pedoman kebijakan yang
telahditentukan pada tahap sebelumnya. Anggota dari staf kantor pusat sering
mengunjungi unit bisnis selama proses ini dengan tujuan untuk mengklarifikasi
program dan membantu dalam proses perencanaan. Interasi ini menghasilkan usulan
rencana strategis baru yang lengkap.
d. Analisis terhadap hasil
usulan tahap sebelumnya dilakukan untuk mendeteksi slak dan ketidak konsistenan
rencana strategis antar unit bisnis.
e. Literasi kedua dari
rencana strategis staf perencana korporasi merevisi usulan rencana strategis
dari unit-unit bisnis dan asumsi, tujuan, pedoman kebijakan yang tidak cocok
denganlingkungan sehingga dapat disusun yang baru.
f. Tinjauan dan
persetujuan akhir • pada akhirnya, usulan-usulan perencanaan strategis yang
telah direvisimelalui iterasi perlu ditinjau melalui rapat para pejabat senior
korporasi beserta dewan komisaris. Setelah itu, dilakukan pengesahan final
manajemen puncak korporasi. Pengesahan final seharusnya dilakukan seebelum awal
proses penyusunan anggaran dimulai karena rencana strategis mendasari
penyusunan anggaran.
B. LEVEL
STRATEGI
level strategi dalam manajemen strategi, terdapat tingkatan- tingkatan, yaitu
tingkat korporat, tingkat bisnis dan tingkat fungsional. Tingkatan tersebut
berkaitan dengan skala atau ruang lingkup suatu organisasi atau perusahaan.
Strategi
level korporat merupkan strategi yang dirumuskan oleh level korporat yang
biasanya disebut “kantor pusat”. Stretegi level bisnis dirumuskan dan
diaplikasikan oleh unit bisnisatau usaha yang ada. Strategi level fungsional
yang cakupanna seperti pemasaran, sdm, keuangan, operasi dan lainnya. Strategi
korporat disebut juga pemilihan perencanaan arah tujuan secara keseluruhan.
Beberapa aspek penting dalam strategi korporat:
1. Orientasi perusahaan secara menyeluruh. Kearah
pertumbuhan (growth), stabilitas, dann penciutan/ penghematan, yang kemudian
disebut directional strategy
2. Industri atau pasar mana yang mana sesuai dimasuki
untuk bersaing (srategi portofolio)
3. Perilaku manajemen perusahaan dalam mengkoordinasi
aktivitas, transfer sumber daya, dan mendayagunakan pada lini produk atau unit
bisnis (parenting strategy)
C. ANALISIS
SWOT
Secara umum, analisis swot
pada tiap media massa dapat dilakukan, seperti yang diterangkan dibawah ini:
a. Strengths (
kekuatan / kelebihan)
- tersedianya dan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
- tersedianya
undang-undang pers.
- tersedianya fasilitas
sarana dan prasarana media massa.
- adanya promosi yang
dapat dilakukan.
b. Weaknesses
(kelemahan/kekurangan)
- pelayanan terhadap
masyarakat.
- mutu/ kualitas sebagian
sumber daya manusia (sdm).
- belum optimalnya fungsi
pers.
- kurangnya kepedulian
pihak swasta terhadap pers.
c. Opportunities (peluang
/kesempatan)
- adanya partisipasi dan
dukungan masyarakat.
- adanya dukungan
pemerintah.
- adanya dunia
usaha/industri yang bersedia bekerjasama.
- kebutuhan masyarakat
terhadap informasi.
d. Threats ( ancaman)
- perilaku dan budaya
masyarakat yang kurang mendukung kerja media.
- masih adanya krisis
ekonomi yang melemahkan kemampuan masyarakat secara finanasial.
- belum mempunyai
dukungan dari pemerintahan yang otoriter
- image sebagian
masyarakat bahwa media tidak menjanjikan masa depan yang lebih baik.
D. STRATEGI ADAPTIF
Konsep
strategi adaptif adaptive strategies dikembangkan oleh miles dan snow. Strategi
adaptif dikembangkan berbasis situasi yang dihadapi oleh perusahaan dalam suatu
persaingan bisnis. Dalam model strategi adaptif terdapat empat jenis strategi,
yaitu:
1. Prospector strategy atau strategi prospektor, yaitu
meliputi berani mengambil resiko, mencari peluang, melakukan inovasi dan
pertumbuhan. Strategi ini cocok untuk kondisi lingkungan bisnis yang dinamis.
2. Defender strategy atau strategi bertahan, yaitu
menghindari perubahan, mengutamakan stabilitas, dan mempertimbangkan
pengurangan ukuran bisnis. Strategi ini cocok untuk lingkungan bisnis yang
stabil dan industri yang sedang mengalami penurunan.
3. Reactor strategy atau strategi reaktor, yaitu merespon
lingkungan tanpa memiliki rancangan strategi yang bersifat jangka panjang.
Perusahaan hanya bersifat reaktif dan berorientasi jangka pendek.
4. Analyzer strategy atau strategi penganalisa, yaitu
mempertahankan stablitas sambil melakukan inovasi yang bersifat terbatas.
Strategi ini terletak diantara strategi prospektor dan strategi reaktor.
Strategi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang bukan menjadi pemimpin
pasar (leader), tetapi follower. Dalam strategi ini, perusahaan akan mengikuti
leader, namun juga melakukan inovasi yang tidak intensif sambil menunggu
perkembangan industri.
2.2 PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A.
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sangat penting
dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin (manajer).
Pengambilan keputusan (decision making) diproses oleh pengambilan keputusan
(decision maker) yang hasilnya keputusan (decision).
Defenisi-defenisi Pengambilan
Keputusan Menurut Beberapa Ahli :
1.
R. Terry
Pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai
“pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang
ada”.
2. Harold
Koontz dan Cyril O’Donnel
Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara
alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak—adalah inti dari
perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
3. Theo
Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan
keputusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat
keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer sebagai suatu
yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan
masalah.
4. Drs.
H. Malayu S.P Hasibuan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan
keputusan yang terbaik dari sejumlah alternative untuk melakukan
aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang.
5. Chester
I. Barnard
Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari
perilaku perorangan dan dalam gambaran proses keputusan ini secara relative dan
dapat dikatakan bahwa pengertian tingkah laku organisasi lebih penting dari
pada kepentingan perorangan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif solusi untuk masalah.
Secara umum pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah
dengan memilih alternatif solusi yang ada.
B.
Teori Pengambilan Keputusan
1.
Teori Rasional Komprehensif
Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan
mungkin pula yang banyak diterima oleh kalangan luas ialah teori rasional
komprehensif. Unsur-unsur utama dari teori ini dapat dikemukakan sebagai
berikut :
1. Pembuat
keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari
masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat
diperbandingkan satu sama lain.
2. Tujuan-tujuan,
nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan
dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan ke Pentingannya
3. Berbagai
altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama.
4. Akibat-akibat
(biaya dan manfaat) yang ditmbulkan oleh setiap altenatif Yang diPilih diteliti.
5. Setiap
alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan
dengan alternatif-altenatif lainnya.
6. Pembuat
keputusan akan memilih alternatif’ dan akibat-akibatnya’ yang dapat memaksimasi
tercapainya tujuan, nilai atau Sasaran yang telah digariskan.
7. Teori
rasional komprehensif banyak mendapatkan kritik dan kritik yang paling tajam
berasal dari seorang ahli Ekonomi dan Matematika Charles Lindblom (1965 , 1964′
1959)’ Lindblom secara tegas menyatakan bahwa para pembuat keputusan itu
sebenarya tidaklah berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit dan
terumuskan dengan jelas.
2. Teori
Inkremental
Teori
inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan
keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti
daram teori rasional komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori
yang lebih banyak menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat
pemerintah dalam mengambil kepurusan sehari-hari.
Pokok-pokok teori inkremental ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Pemilihan
tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk
mencapainya dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait daripada sebagai
sesuatu hal yang saling terpisah.
2. Pembuat keputusan
dianggap hanya mempertimbangkan beberapa altematif yang langsung berhubungan
dengan pokok masalah dan altematif-alternatif ini hanya dipandang berbeda
secara inkremental atau marginal bila dibandingkan dengan kebijaksanaan yang
ada sekarang.
3. Bagi tiap
altematif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang mendasar saja yang akan
dievaluasi.
4. Masalah yang
dihadapi oleh pembuat keputusan akan didedifinisikan secara terarur. Pandangan
inkrementalisme memberikan kemungkin untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan
tujuan dan sarana serta sarana dan tujuan sehingga menjadikan dampak dari
masalah itu lebih dapat ditanggulangi.
5. Bahwa tidak
ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap masalah. Batu uji bagi
keputusan yang baik terletak pada keyakinan bahwa berbagai analisis pada
akhirnya akan sepakat pada keputusan tertentu meskipun tanpa menyepakati bahwa
keputusan itu adalah yang paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
6. Pembuatan
keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat perbaikan-perbaikan kecil
dan hal ini lebih diarahkan untuk memperbaiki ketidaksempunaan dari upaya-upaya
konkrit dalam mengatasi masalahsosial yang ada sekarang daripada sebagai upaya
untuk menyodorkan tujuan-tujuan sosial yang sama sekali baru di masa yang akan
datang.
7. Keputusan-keputusan
dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pada hakikatnya merupakan produk dari saling
memberi dan menerima dan saling percaya di antara pelbagai pihak yang terlibat
dalam proses keputusan tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya majemuk paham
lnkremental ini secara politis lebih aman karena akan lebih gampang untuk
mencapai kesepakatan apabila masalah-masalah yang diperdebatkan oleh berbagai
kelompok yang terlibat hanyalah bersifat upaya untuk memodifikasi terhadap
program-program yang sudah ada daripada jika hal tersebut menyangkut isu-isu
kebijaksanaan mengenai perubahan-perubahan yang radikal yang memiliki sifat ”
ambil semua atau tidak sama sekali.
Karena para pembuat keputusan itu berada dalam keadaan
yang serba tidak pasti khususnya yang menyangkut akibat-akibat dari
tindakan-tindakan mereka di masa datang, maka keputusan yang bersifat
inkremental ini akan dapat mengurangi resiko dan biaya yang ditimbulkan oleh
suasana ketidakpastian itu Paham inkremental ini juga cukup rcalistis karena ia
menyadari bahwa para pembuat keputusan sebenamya kurang waktu, kurang
pengalaman dan kurang sumber-sumber lain yang diperlukan untuk melakukan
analisis yang komprehensif terhadap semua altematif untuk memecahkan
masalah-masalah yang ada
3.
Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory)
Penganjur
teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni setuju
terhadap kritik-kritik para teoritisi inkremental yang diarahkan pada teori
rasional komprehensif, akan tetapi ia juga menunjukkan adanya beberapa
kelemahan yang terdapat pada teori inkremental. Misalnya, keputusan-keputusan
yang dibuat oleh pembuat keputusan penganut model inkremental akan lebih
mewakili atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang
kuat dan mapan serta kelompok-kelompok yang mampu mengorganisasikan
kepentingannya dalam masyarakat, sementara itu kepentingan-kepentingan dari
kelompok-kelompok yang lemah dan yang secara politis tidak mampu
mengorganisasikan kepentingannya praktis akan terabaikan.
Lebih lanjut dengan memusatkan
perhatiannya pada kepentingan/tujuan jangka pendek dan hanya berusaha untuk
memperhatikan variasi yang terbatas dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada
sekarang, maka model inkremental cenderung mengabaikan peluang bagi perlunya
pembaruan sosial (social inovation) yang mendasar.
Oleh karena itu, menurut Yehezkel
Dror (1968) gaya inkremental dalam pembuatan keputusan cenderung menghasilkan
kelambanan dan terpeliharanya status quo, sehingga merintangi upaya
menyempurnakan proses pembuatan keputusan itu sendiri. Bagi sarjana seperti
Dror– yang pada dasamya merupakan salah seorang penganjur teori rasional yang
terkemuka — model inkremental ini justru dianggapnya merupakan strategi yang
tidak cocok untuk diterapkan di negara-negara sedang berkembang, sebab di
negara-negara ini perubahan yang kecil-kecilan (inkremental) tidaklah memadai
guna tercapainya hasil berupa perbaikan-perbaikan besar-besaran.
Model pengamatan terpadu juga
memperhitungkan tingkat kemampuan para pembuat keputusan yang berbeda-beda.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa semakin besar kemampuan para pembuat
keputusan untuk memobilisasikan kekuasaannya guna mengimplementasikan
keputusan-keputusan mereka, semakin besar keperluannya untuk melakukan scanning
dan semakin menyeluruh scanning itu, semakin efektif pengambilan keputusan
‘tersebul Dengan demikian, moder pengamatan terpadu ini pada hakikatnya
merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional
komprehensif dan moder inkremental dalam proses pengambilan keputusan.
C.
Kriteria pengambilan Keputusan
Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang
kemungkinan menjadi pedoman perilaku para pembuat keputusan itu dapat
dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu:
1. Nilai-nilai Politik
Pembuat keputusan mungkin melakukan penilaian atas
altematif kebijaksanaan yang dipilihnya dari sudut pentingnya
altematif-altematil itu bagi partai politiknya atau bagi kelompok-kelompok
klien dari badan atau organisasi yang dipimpinnya. Keputusan-keputusan yang
lahir dari tangan para pembuat keputusan seperti ini bukan mustahil dibuat demi
keuntungan politik’ dan kebijaksanaan dengan demikian akan dilihat sebagai
instrumen untuk memperluas pengaruh-pengaruh politik atau untuk mencapai tujuan
dan kepentingan dari partai politik atau tujuan dari kelompok kepentingan yang
bersangkutan.
2. Nilai-nilai organisasi
Para pembuat kepurusan, khususnya birokrat (sipil atau
militer), mungkin dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh nilai-nilai
organisasi di mana ia terlibat di dalamnya’ Organisasi, semisal badan-badan
administrasi, menggunakan berbagai bentuk ganjaran dan sanksi dalam usahanya
untuk memaksa para anggotanya menerima, dan bertindak sejalan dengan
nilai-nilai yang telah digariskan oleh organisasi. Sepanjang nilai-nilai
semacam itu ada, orang-orang yang bertindak selaku pengambil keputusan dalam
organisasi itu kemungkinan akan dipedomani oleh pertimbangan-pertimbangan
semacam itu sebagai perwujudan dari hasrat untuk melihat organisasinya tetap
lestari, unuk tetap maju atau untuk memperlancar program-program dan
kegiatan-kegiatannya atau atau untuk mempertahankan kekuasaan dan hak-hak
istimewa yang selama ini dinikmati.
3. Nilai-nitai Pribadi
Hasrat untuk melindungi atau memenuhi kesejateraan
atau kebutuhan fisik atau kebutuhan finansial’ reputasi diri, atau posisi
historis kemungkinan juga digunakan- oleh para pembuat teputusan sebagai
kriteria dalam pengambilan keputusan.
Para politisi yang menerima uang sogok untuk membuat
kepurusan tertentu yang menguntungkan si pemberi uang sogok, misalnya sebagai
hadiah pemberian perizinan atau penandatanganan kontrak pembangunan proyek
tertentu, jelas mempunyai kepentingan pribadi dalam benaknya. Seorang presiden
yang mengatakan di depan para wartawan bahwa ia akan menggebut siapa saja yang
bertindak inkonstirusional, jelas juga dipengaruhi oleh
pertimbangan-pertimbangan pribadinya’misalnya agar ia mendapat tempat terhormat
dalam sejarah bangsa sebagai seseorang yang konsisten dan nasionalis.
4. Nilai-nilai
Kebijaksanaan
Dari perbincangan di atas, satu hal hendaklah
dicamkan, yakni janganlah kita mempunyai anggapan yang sinis dan kemudian
menarik kesimpulan bahwa para pengambil keputusan politik inr semata-mata
hanyalah dipengaruhi oleh pertimbangan-penimbangan demi keuntungan politik,
organisasi atau pribadi. Sebab, para pembuat keputusan mungkin pula bertindak
berdasarkan atas penepsi mereka terhadap kepentingan umum atau keyakinan
tertentu mengenai kebijaksanaan negara apa yang sekiranya secara moral tepat
dan benar. Seorang wakil rakyat yang mempejuangkan undang-undang hak kebebasan
sipil mungkin akan bertindak sejalan dengan itu karena ia yakin bahwa tindakan
itulah yang secara moral benar, dan bahwa persamaan hak-hak sipil itu memang
merupakan tujuan kebijaksanaan negara yang diinginkan, tanpa mempedulikan bahwa
perjuangan itu mungkin akan menyebabkannya mengalami resiko-resiko politik yang
fatal.
5. Nilai-nilai Ideologis
Ideologi pada hakikatnya merupakan serangkaian
nilai-nilai dan keyakinan yang secara logis saling berkaitan yang mencerminkan
gambaran sederhana mengenai dunia serta berfungsi sebagai pedoman benindak bagi
masyarakat yang meyakininya. Di berbagai negara sedang berkembang di kawasan
Asia, Afrika dan Timur Tengah nasionalisme yang mencerminkan hasrat dari
orang-orang atau bangsa yang bersangkutan untuk merdeka dan menentukan nasibnya
sendiri — telah memberikan peran penting dalam mewamai kebijaksanaan luar
negeri maupun dalam negeri mereka. Pada masa gerakan nasional menuju
kemerdekaan, nasionalisme telah berfungsi sebagai minyak bakar yang mengobarkan
semangat perjuangan bangsa-bangsa di negara-negara sedang berkembang melawan kekuatan
kolonial.
D. Fungsi
Dan Tujuan Pengambilan Keputusan
1.
Fungsi Pengambilan Keputusan
Individual atau kelompok baik secara institusional
ataupun organisasional, sifatnya futuristik.
2. Tujuan
Pengambilan Keputusan
Tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan
tidak berkaitan dengan masalah lain)
Tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan,
dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif)
E. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Komposisi kelompok. Ada 4 hal
yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi kelompok.
penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan
tukar informasi
pembagian (divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua
tugas dapat dibagi
komunikasi dan status struktur; biasanya yang osisinya
tertinggi paling mendominasi dalam kelompok.
ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin
menyebar opini, konsekuensinya adalah semakin lemah partisipasi individu dalam
kelompok tersebut.
Kesamaan anggota kelompok Keputusan kelompok akan
cepat dan mudah dibuat bila anggota kelompok sama satu dengan yang lain.
Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok. Seringkali
keputusan yang dibuat kelompok lebih ekstrim dibandingkan keputusan individu.
Hal itu disebabkan karena adanya perbadingan sosial. Tidak semua orang berada
di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk mengimbanginya perlu dibuat keputusan
yang jauh dari pendapat orang tersebut.
F. Model
Pengambilan Keputusan
Model
Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Kepastian (Certainty). Menggambarkan bahwa
setiap rangkaian keputusan (kegiatan) hanya mempunyai satu hasil (pay off
tunggal). Model ini disebut juga Model Kepastian/ Deterministik.
Model Pengambilan Keputusan dalam
kondisi Berisiko (Risk). Menggambarkan bahwa setiap rangkaian keputusan
(kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan masing-masing kemungkinan
hasil probabilitasnya dapat diperhitungakan atau dapat diketahui. Model
Keputusan dengan Risiko ini disebut juga Model Stokastik.
Model Pengambilan Keputusan dengan
Ketidakpastian (Uncertainty). Menggambarkan bahwa setiap rangkaian keputusan
(kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan masing-masing kemungkinan
hasil probabilitasnya tidak dapat diketahui/ditentukan. Model Keputusan dengan
kondisi seperti ini adalah situasi yang paling sulit untuk pengambilan
keputusan. (Kondisi yang penuh ketidakpastian ini relevan dengan apa yang
dipelajari dalam Game Theory)
G. Langkah-langkah/Proses
Pengambilan Keputusan
Secara umum, langkah-langkah
dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Proses
identifikasi atau perumusan persoalan keputusan. Identifikasi masalah dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Penggunaan seven tools dalam manajemen biasanya
dapat membantu proses identifikasi ini.
2. Penetapan
parameter dan variabel yang merupakan bagian dari sebuah persoalan keputusan.
Biasanya pemecahan masalah yang menggunakan model matematika sangat memerlukan
adanya variabel yang terukur.
3. Penetapan
alternatif-alternatif pemecahan persoalan. Alternatif pemecahan masalah
didapatkan dari analisis pemecahaan masalah.
4. Penetapan
kriteria pemilihan alternatif untuk mendapatkan alternatif yang terbaik.
Biasanya kriteria pemilihan ini didasarkan pada pay off atau hasil dari
keputusan.
5. Pelaksanaan
keputusan dan evaluasi hasilnya. Tahap ini disebut tahap implementasi, dimana
alternatif solusi yang terpilih akan diterapkan dalam jangka waktu tertentu dan
setelah itu akan dievaluasi hasilnya berdasarkan peningkatan atau penurunan pay
off atau hasil.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Organisasi perusahaan sekarang dan
di masa depan menghadapi lingkungan yang dinamis, yang mengalami perubahan
dengan pesat, sehingga memerlukan pertimbangan terbaik di dalam membawa
organisasi menuju masa depan. Pertimbangan terbaik hanya dapat dilakukan jika
manajemen strategik dilaksanakan.
Dengan semakin kompleksnya
operasi perusahaan dan semakin kompleks serta turbulenya lingkungan bisnis yang
dihadapi perusahaan, manajemen puncak tidak lagi mampu memikul sendiri tanggung
jawab atas jalanya perusahaan.
Manajemen strategik perlu
mengikutsertakan manajemen bawah dan karryawan untuk merumuskan dan
mengimplementasikan hasilnya.
Manajemen strategik tidak
hanya menggunakan perumusan strategi untuk menghasilkan keluaran berupa hasil
analisis lingkungan makro dan lingkungan industri, misi, visi, keyakinan dasar,
nilai dasar, tujuan dan strategi.
Definisi Pembuatan Kebijaksanaan
Negara sebagai keseluruhan proses yang menyangkut pengartikulasian dan
pendefinisiaan masalah, perumusan kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah
dalam bentuk tuntutan-tuntutan politik, penyaluran tuntutan-tuntutan tersebut
ke dalam sistem politik, pengupayaan pemberian sanksi-sanksi atau legitimasi
dari arah tindakan yang dipilih, pengesahan dan pelaksanaan implementasi,
monitoring dan peninjauan kembali (umpan balik).
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Robbins. Stepen P. 2003. Manajemen.
Edisi Bahasa Indonesia. Jakarat : PT Indeks
Amirullah & Haris Budiyono.
2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta : Graha Ilmu
Koontz, Harold. 1993. Manajemen.
Jakarta : Erlangga